STRUKTUR SOSIAL


Pengertian Struktur Sosial

Sejak perkembangan sosiologi diterapkan sebagai suatu ilmu pengetahuan, para sosiolog telah berusaha membuat klasifikasi terhadap masyarakat. Hasil klasifikasi tersebut dibedakan antara masyarakat sederhana dengan masyarakat modern yang kompleks. Dalam perkembangannya penglasifikasian masyarakat dibedakan menjadi masyarakat tertutup dan masyarakat terbuka. Penggunaan istilah masyarakat erat hubungannya dengan nilai-nilai, norma-norma, dan kepentingan-kepentingannya. Oleh sebab itu, pengertian masyarakat tidak dapat di pisahkan dari kepribadian dan kebudayaan, karena masyarakat merupakan totalitas dari kehidupan struktur sosial.

            Secara etimologis konsep struktur sosial berasal dari kata struktur yang artinya susunan, serta kata social yang dalam konteks ini diartikan masyarakat Jadi struktur sosial berarti susunan dan jalinan unsur-unsur pokok yang ada dalam masyarakat. 


            Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa struktur sosial adalah susunan status-status sosial yang hierarki beserta jalinan di antara status-status itu sehingga mendorong dan mewujudkan aktivitas social dalam masyarakat.

            Perbedaan-perbedaan sosial budaya yang digunakan untuk melihat struktur sosial secara utuh dapat dilihat melalui dimensi vertikal maupun dimensi horizontal yang menyangkut sistem aktivitas bagi warganya. Masing-masing dimensi harus dilihat secara rinci dari segi-segi kehidupannya antara lain dari segi ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.

            Secara horizontal struktur sosial menyangkut keberadaan susunan masyarakat, antara lain dalam bentuk susunan dan pola aktivitas dari kelompok-kelompok sosial dalam bentuk suku-suku bangsa, kelompok-kelompok ras, kelompok agama dan kepercayaan, golongan, maupun kelompok-kelompok gender. Struktur secara horizontal ini mewujudkan perbedaan-perbedaan sistem tata nilai dan norma yang menentukan jenis-jenis pola interaksi di antara unsur-unsur sosial dalam masyarakat.





















Fungsi Struktur Sosial

Struktur sosial merupakan tatanan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat, bisa vertikal atau horisontal. struktur sosial juga mempunyai fungsi. ada beberapa jenis fungsi struktur sosial, meliputi fungsi identitas, fungsi kontrol, dan fungsi pembelajaran. berikut penjelasanya mengenai ketiga fungsi tersebut.

Fungsi Struktur Sosial :

1. Fungsi Identitas
            Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya masing-masing. Strukrtur sosial berbagai sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memlii kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur soasialnya sendiri sebagai pembeda dari kelopok lainnya.
Contohnya, kebuaayaaan Minangkabau menganut system matrilinial (kekerabatan berdasarkan garis keturunan ibu). Ini berbeda dengan system kebudayaan lainnya yang mayoritas menganut patrilineal. Perbedaan semacam ini akn membangun struktur sosial yang berbeda pula dengan kebudayaan lainnya.

2. Fungsi Kontrol
            Struktur bias berfungsi untuk mengontrol individu yang berada di ddalam struktur tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kcenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain. Melanggar aturan yang berlaku, berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang pahit. Struktur sosial sebagai kontrol. Contoh: kebudayaan Batak melarang perkawinan antara pria dan wanita yang semarga. Orang Batak yang memiliki marga yang sama berarti masih memiliki hubungan saudara.

3. Fungsi Pembelajaran
            Individu belajar dari struktur social yang ada dalam kelompoknya, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisiplinan.






Proses Pembentukan Struktur Sosial Dalam Masyarakat

 

Terbentuknya struktur sosial suatu masyarakat melalui proses yang sangat panjang, yang di awali dari proses terbentuknya masyarakat hingga perubahan-perubahan dalam bentuk penyempurnaan, sampai dengan suatu titik di mana struktur itu dianggap sesuai oleh warga masyarakat. Sungguh sangat sulit untuk dibayangkan, bagaimana proses itu berlangsung dari awal hingga tahap akhir. Namun demikian secara ringkas proses itu dapat diuraikan sebagai berikut.

Tahap Awal


Tahap awal dari proses terbentuknya struktur sosial masyarakat, secara mendasar bersamaan dengan proses terbentuknya masyarakat tersebut. Pada awalnya ketika manusia masih hidup berpindah-pindah dan bergerombol membentuk kelompok-kelompok etnis, struktur sosial seolah-olah hanya berfungsi sebagai sarana pembagian tugas untuk menyelenggarakan kehidupan bersama dalam kelompok itu.


            Proses awal ini terus-menerus mengalami perkembangan, sehingga masyarakat tersebut menjadi suku bangsa dalam jumlah besar dan bahkan menjadi bangsa yang besar. Dalam tahap awal, struktur sosial telah terbentuk sebagai sarana pengaturan tata hubungan antarindividu dalam masyarakat. Masyarakat terus-menerus mengalami perubahan yang disebabkan oleh pengaruh intern maupun pengaruh ekstern. Perubahan ini dapat menimbulkan inkulturasi (pembudayaan) untuk mengakomodasi keadaan yang muncul atau dapat menimbulkan destrukturasi akibat adanya pergolakan ataupun revolusi sosial.

            Di sinilah
struktur sosial akan bergerak dan berubah menuju perkembangan yang lebih baik. Struktur sosial ini berisi susunan kedudukan dan peran orang-orang dalam masyarakat baik dalam dimensi vertikal maupun dalam dimensi horizontal.



Tahap Perkembangan


Pada dasarnya struktur sosial suatu masyarakat akan terus mengalami perkembangan, karena mendapatkan masukan atau pengaruh dari struktur-struktur masyarakat yang lain. Masukan dan pengaruh tersebut memungkinkan terjadinya adopsi dari struktur masyarakat yang satu terhadap struktur masyarakat yang lain. Proses perubahan ini memungkinkan terjadinya kesesuaian yang lebih baik dan yang sesuai dengan tingkat peradaban masyarakat.

            Struktur social suatu masyarakat senantiasa mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Dengan demikian ada kecenderungan untuk berubah dalam rangka memperoleh efisiensi dan efektivitas sebagai sarana pengaturan sistem tata hubungan dalam masyarakat.

            Contoh perubahan dari tahap awal ke tahap perkembangan adalah pada masyarakat yang berbudaya primitif, kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan bersama yang berproses secara alamiah untuk bertahan hidup. Di sinilah awal tumbuhnya struktur sosial yang berdasar hukum alam. Makin berkembangnya peradaban masyarakat yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat juga mengalami perkembangan ke arah struktur sosial yang lebih efektif.

            Dalam proses perkembangan struktur sosial inilah terjadi pula proses perubahan dan penyempurnaan secara hierarki, baik dalam pembagian status dan peran maupun dalam struktur kekuasaan dan wewenang. Contoh, negara Indonesia telah mengalami perubahan struktur sosial dalam pengaturan kekuasaan dan wewenang, yaitu dari sistem feodalisme, sistem kolonialisme, dan system demokrasi yang berkembang hingga sekarang.

Perubahan-perubahan struktur sosial ini dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain sebagai berikut.
  • Faktor Internal
Kondisi-kondisi dari dalam masyarakat baik kondisi fisik maupun kondisi-kondisi sosial budaya dapat diartikan sebagai faktor-faktor internal yang dapat memengaruhi perkembangan struktur sosial suatu masyarakat. Kondisi-kondisi itu antara lain:
1.      adanya dorongan untuk lebih memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada,
2.      adanya penemuan baru yang dirasa lebih cocok dan lebih efektif, dan
3.      adanya gerakan sosial yang dimotori oleh tokoh-tokoh masyarakat dan didukung oleh masyarakat luas.
  • Faktor Eksternal
Kondisi eksternal adalah semua kondisi yang berasal dari luar masyarakat. Kondisi ini dapat diperoleh melalui proses hubungan timbal balik antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya yang berlangsung secara intensif. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya asimilasi dan akulturasi budaya. Adapun faktor-faktor eksternal tersebut antara lain sebagai berikut:
1.      adanya keinginan untuk meniru kebudayaan masyarakat lain yang dirasa lebih cocok dan
2.      adanya penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan alam.
3.       
Tahap Akhir

              Sesungguhnya proses perubahan struktur sosial suatu masyarakat boleh dikatakan tidak mengalami awal dan akhir. Struktur sosial secara fungsional dikatakan memasuki tahap akhir apabila struktur sosial tersebut implementasinya telah membentuk keharmonisan tata hubungan antarkomponen masyarakat di dalamnya. Contoh bentuk struktur tahap perkembangan dan tahap akhir adalah dalam struktur sosial pemerintahan Indonesia di awal kemerdekaan mengalami perkembangan dari sistem pemerintahan orde lama, pemerintahan orde baru, dan berkembang menjadi pemerintahan era reformasi yang dianggap memiliki nilai-nilai struktur sosial yang sesuai dengan undang-undang dan harapan masyarakat.
Tanda-tanda bahwa suatu struktur sosial telah memasuki tahap akhir, antara lain sebagai berikut.
1.      Struktur sosial itu telah disepakati oleh kalangan masyarakat luas.
2.      Struktur sosial itu telah dipakai dalam suatu kurun waktu dan berdasarkan pengalaman telah terbukti memiliki fungsi yang efektif dan memberikan kontribusi dalam tata hubungan antarindividu dalam masyarakat.
3.      Struktur sosial tersebut telah menjadi satu dengan budaya masyarakat, bahkan telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
4.      Struktur sosial tersebut dipandang telah sesuai, sehingga masyarakat berusaha untuk mempertahankan struktur sosial tersebut.
5.      Struktur sosial akan terus dipertahankan karena telah menjadi ciri khas masyarakat tersebut, sehingga memberikan warna yang berbeda dari masyarakat yang lain.

            Apabila kita perhatikan struktur social pada masyarakat modern seperti sekarang ini, maka bangunan abstrak masyarakat kita sekarang ini sangat kompleks dilihat dari hierarki kekuasaan, hierarki ekonomi, maupun hierarki sosial budaya. Pada dasarnya proses terbentuknya struktur social suatu masyarakat tidak pernah berakhir, sebab aktivitas dan perubahan-perubahan di dalam masyarakat terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Pada hakikatnya struktur sosial dikatakan telah berakhir prosesnya pada saat anggota masyarakat telah memandang baik dan cocok terhadap struktur sosial yang dimilikinya, sehingga tidak lagi ada proses perubahan dalam struktur sosial tersebut.

Ciri-ciri struktur sosial:
a.       Bersifat abstrak, artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Struktur sosial disini merupakan hierarki kedudukan dari tingkatan yang tertinggi sampai yang terendah, berfungsi sebagai saluran kekuasaan dan pengaturan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
b.      Terdapat dimensi vertikal dan horizontal, struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-status sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang terendah. Sedangkan pada struktur sosial yang memiliki dimensi harizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki karakter sama.
c.       Sebagai landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat, artinya proses sosial yang terjadi dalam suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur sosialnya.
d.      Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat, artinya struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
e.       Struktur sosial selalu berkembang dan dapat berubah, struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan, serta dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan, sebelum terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan keteraturan sosial atau keteraturan elemen-elemen dalam kehidupan masyarakat.


A.      Masyarakat sederhana, ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat sederhana adalah sebagai berikut:
1.      Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat.
2.      Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun-temurun.
3.      Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib.
4.      Tidak memiliki lembaga-lembaga khusus, seperti lembaga pendidikan.
5.      Hukum yang berlaku tidak tertulis.
6.      Sebagain besar produksi hanya untuk keperluan keluarga sendiri atau untuk pasaran dalam skala kecil.
7.      Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan secara gotong royong.
B.      Masyarakata madya, ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat madya adalah sebagai berikut:
1.      katan keluarga masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat setempat sudah mengendor.
2.      Adat istiadat masih dihormati, tetapi mulai terbuka dengan pengaruh luar.
3.      Timbulnya rasionalitas dalam cara berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan pada kekuasaan kekuatan gaib baru timbul apabila orang mulai kehabisan akal untuk menanggulangi suatu masalah.
4.      Timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutan.
5.      Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
6.      Memberi kesempatan pada produksi pasar sehingga muncul diferensiasi dalam struktur masyarakat.
7.      Gotong royong hanya untuk keperluan di kalangan tetangga dan kerabat, sedangkan kegiatam ekonomi dilakukan atas dasar uang.
C.      Masyarakat modern, ciri-ciri struktur sosial dan budaya masyarakat modern adalah sbegaia berikut ini:
1.      Hubungan sosial didasarkan atas kepentingan pribadi.
2.      Hubungan dengan masyarakat lainnya sudah terbuka dan saling mempengaruhi.
3.      Kepercayaan terhadap ilmu kengatahuan dan teknologi sangat kuat.
4.      Terdapat stratifikasi sosial atas dasar keahlian.
5.      Tingkat pendidikan formal tinggi.
6.      Hukum yang berlaku sudah hukum tertulis.
7.      Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lain.































ELEMEN DASAR STRUKTUR SOSIAL

Struktur sosial memiliki empat elemen dasar sebagai berikut :
a)       Status Sosial
Status sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam kelompok masyarakat. Status yang diperoleh seseorang terbagi menjadi tiga, yaitu :
       Ascribed status
Status yang “diberikan” kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat atau karakteristik unik orang tersebut. Didapat secara otomatis melalui kelahiran (keturunan). Latar belakang ras, gender, dan usia dapat dikategorikan sebagai ascribed status.
       Achieved status
Status yang didapat seseorang melalui usaha-usahanya sendiri. Seseorang harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan statusnya, seperti bersekolah, mempelajari keterampilan-keterampilan, berteman, atau menciptakan sesuatu yang baru.
       Assigned status
Status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk organisasinya, masyarakat atau kepada negara. Misalnya, seorang pegawai honorer diangkat menjadi pegawai negeri. Seseorang diangkat sebagai penasihat karena kemampuan dan keahliannya. Seseorang dinaikkan pengkat atau jabatan karena prestasi dan masa kerja.
 Pertentangan antara individu dengan statusnya dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengambil suatu keputusan. Misalnya, seorang anggota polisi harus menangkap anaknya sendiri karena diduga terlibat dalam jaringan narkoba. Jika dia menjalankan tugas dan kewajiban sebagai polisi, maka ia harus menangkap anaknya, tetapi jika ia berusaha melepaskan dan memengaruhi petugas lainnya, maka dia tidak menjalankan perannya sebagai polisi. Konflik status memang sering sulit dihindari karena kepentingan individu tidak selamanya sama dengan kepentingan masyarakat maupun organisasinya.
b)       Peran Sosial
Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi atau status sosial tertentu. Peran merupakan komponen penting dalam struktur sosial karena peran memberikan sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan cara memampukan tindakan-tindakan mereka sendiri.
c)       Kelompok
Kelompok merupakan sejumlah orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan harapan-harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Kelompok memainkan peran yang sangat penting dan vital dalam struktur sosial masyarakat karena sebagian besar interaksi sosial kita berlangsung dalam kelompok dan dipengaruhi oleh norma-norma dan sanksi yang ada dalam kelompok.
d)       Lembaga
Merupakan pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan pada kebutuhan sosial yang mendasar. Lembaga atau institusi dibentuk untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Lembaga sosial seperti keluarga, agama, pendidikan, dan pemerintah merupakan aspek fundamental dari struktur sosial.


BENTUK-BENTUK STRUKTUR SOSIAL

Bentuk-bentuk struktur sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari beberapa sudut, di antaranya sebagai berikut :
a)       Dilihat dari Sifatnya
       Struktur Sosial Kaku
Struktur sosial ini tidak dapat diubah atau sekurang-kurangnya masyarakat menghadapi kesulitan besar untuk melakukan perpindahan status atau kedudukannya.
       Struktur Sosial Luwes
Bentuk struktur sosial ini merupakan kebalikan dari struktur sosial kaku. Pada struktur sosial luwes setiap anggota masyarakatnya bebas bergerak melakukan perubahan.
       Struktur Sosial Formal
Merupakan suatu bentuk struktur sosial yang diakui oleh pihak yang berwenang. Contohnya, lembaga pemerintahan tingkat kabupaten yang terdiri dari seorang bupati, wakil bupati, sekwilda, dan lain-lain.
       Struktur Sosial Informal
Yaitu struktur sosial yang nyata ada dan berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak yang berwenang.
b)       Dilihat dari Identitas Keanggotaan Masyarakatnya
       Struktur Sosial Homogen
Struktur sosial yang homogen memiliki latar belakang kesamaan identitas dari setiap anggota masyarakatnya, seperti kesamaan ras, suku bangsa, ataupun agama. Dalam masyarakat yang memiliki struktur sosial yang homogen cenderung tidak menginginkan perubahan-perubahan.
       Struktur Sosial yang Heterogen
Struktur sosial ini ditandai oleh keragaman identitas anggota masyarakatnya. Memiliki latar belakang yang berbeda dari anggota masyarakatnya.
c)       Dilihat dari Ketidaksamaan Sosial
Bentuk struktur sosial berdasarkan ketidaksamaan sosial adalah pengelompokan manusia secara horizontal (diferensiasi sosial) dan vertikal (stratifikasi sosial). Pengelompokan ini bisa berdasarkan ciri fisik yang meliputi jenis kelamin, bentuk dan tinggi tubuh, warna kulit, rambut, dan sebagainya. Juga berdasarkan ciri non fisik atau ciri sosial budaya, meliputi kecerdasan, keterampilan, motivasi, minat dan bakat.
Struktur sosial dilihat secara horizontal (diferensiasi sosial) adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan adanya suatu tingkatan. Artinya, tidak ada golongan dari pembagian kelompok yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah (sama). Masyarakat mengenal beberapa bentuk diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan ras, suku bangsa, agama, dan gender.
Mengenai klasifikasi ras terdapat banyak sistem penggolongan yang berasal dari berbagai ahli. Berikut dikemukakan salah satu klasifikasi ras dari A.L. Kroeber, yang menggambarkan secara jelas garis besar penggolongan ras-ras terpenting di dunia serta hubungan antara satu dengan lainnya.
(a) Austroloid [penduduk asli Australia];
(b) Mongoloid [Asiatic Mongoloid = Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur]; [Malayan Mongoloid = Asia Tenggara]; [American Mongoloid = penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan];
( c ) Kaukasoid [Nordic = Eropa Utara sekitar Laut Baltik]; [Alpine = Eropa Tengah dan Timur]; [Mediteranean = penduduk sekitar Laut Tengah, Amerika Utara, Armenia, Arab, dan Iran]; [Indic = Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka];
(d) Negroid [African Negroid = Benua Afrika]; [Negrito = Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina]; [Melanesian = Irian, Melanesia]
(e) Ras-Ras Khusus [Bushman = di daerah Gurun Kalahari; Afrika Selatan]; [Veddoid = di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan]; [Polynesian = di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia]; [Ainu = pulau Karafuto dan Hokkaido Jepang Utara].
Diferensiasi sosial berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan masing-masing. Apa yang dimaksud etnis atau suku bangsa? Berikut pendapat beberapa tokoh mengenai etnis atau suku bangsa. Menurut Koentjaraningrat (1979), suku bangsa atau etnik didefinisikan sebagai group suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Menurut William Kornblum, kelompok etnis adalah suatu populasi yang memiliki identitas kelompok berdasarkan kebudayaan tertentu dan biasa memiliki leluhur yang secara pasti atau dianggap pasti sama. Sedangkan menurut Francis, kelompok etnis adalah suatu komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat istiadat, kebiasaan, wilayah, bahkan sejarah. Etnis ditandai dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin (wefeeling) di antara anggota-anggotanya.
Diferensiasi sosial berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat. Banyak teori yang telah dikemukakan oleh ilmuwan sepanjang sejarah umat manusia, tentang keberadaan agama atau religi dalam berbagai kelompok masyarakat. Menurut A. Lang dalam teori Firman Tuhan, kepercayaan terhadap dewa tertinggi merupakan bentuk religi manusia yang tertua. Anggapan A. Lang ini kemudian diperkuat oleh W. Schmidt yang mengatakan bahwa agama berasal dari titah Tuhan yang diturunkan kepada makhluk manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi ini. Sedangkan menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem kepercayaan beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal yang sacral yang menyatukan pengikutnya dalam suatu komunitas moral.
Dari uraian di atas, pada dasarnya suatu agama timbul karena adanya ketidakmampuan manusia mengungkap seluruh rahasia alam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terutama tentang rahasia alam ghaib; termasuk untuk menjawab pertanyaan “ada apa setelah kematian?”.
Jenis kelamin merupakan ciri fisik yang dibawa sejak lahir dan tidak ditentukan sendiri oleh individu berdasarkan keinginannya. Sedangkan gender adalah perbedaan secara budaya antara laki-laki dan perempuan yang dipelajari dari proses sosialisasi.
Struktur sosial dilihat secara vertikal (stratifikasi sosial) adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Dasar dan inti sistem stratifikasi masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu-individu atau kelompok dalam suatu sistem sosial.
Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai. Adapun dasar atau ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu pelapisan sosial adalah ukuran kekayaan (capital), kekuasaan (power), kehormatan, dan ilmu pengetahuan (pendidikan).
Dilihat dari sifatnya, stratifikasi sosial dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat tertutup dan bersifat terbuka. Pada stratifikasi sosial yang bersifat tertutup (closed sosial stratification) terdapat pembatasan terhadap kemungkinan pindahnya kedudukan seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Di dalam sistem ini satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota pada lapisan kelas tertentu hanyalah melalui kelahiran. Sedangkan pada stratifikasi sosial yang bersifat terbuka (opened sosial stratification), setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk mencapai kelas sosial yang lebih tinggi. Pada umumnya jenis pelapisan sosial yang terbuka lebih banyak memberikan rangsangan untuk maju dan berkembang kepada setiap anggota masyarakatnya.
Stratifikasi sosial erat kaitannya dengan pembagian kelas dan golongan. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mendefiisikan kelas sosial sebagai suatu lapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam suatu status sosial. Pembagian kelas tersebut umumnya terbagi berdasarkan kriteria ekonomi, sosial, ataupun politik. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAKTERI, KAPANG DAN KHAMIR

PRINSIP KERJA 5S

MSDS

PROTEIN