STRUKTUR SOSIAL
Sejak perkembangan sosiologi diterapkan sebagai suatu
ilmu pengetahuan, para sosiolog telah berusaha membuat klasifikasi
terhadap masyarakat. Hasil klasifikasi tersebut dibedakan antara masyarakat
sederhana dengan masyarakat modern yang kompleks. Dalam perkembangannya
penglasifikasian masyarakat dibedakan menjadi masyarakat tertutup dan
masyarakat terbuka. Penggunaan istilah masyarakat erat hubungannya dengan
nilai-nilai, norma-norma, dan kepentingan-kepentingannya. Oleh sebab itu,
pengertian masyarakat tidak dapat di pisahkan dari kepribadian dan kebudayaan,
karena masyarakat merupakan totalitas dari kehidupan struktur sosial.
Secara etimologis konsep struktur sosial berasal dari kata struktur yang artinya susunan, serta kata social yang dalam konteks ini diartikan masyarakat Jadi struktur sosial berarti susunan dan jalinan unsur-unsur pokok yang ada dalam masyarakat.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa struktur sosial adalah susunan status-status sosial yang hierarki beserta jalinan di antara status-status itu sehingga mendorong dan mewujudkan aktivitas social dalam masyarakat.
Perbedaan-perbedaan sosial budaya yang digunakan untuk melihat struktur sosial secara utuh dapat dilihat melalui dimensi vertikal maupun dimensi horizontal yang menyangkut sistem aktivitas bagi warganya. Masing-masing dimensi harus dilihat secara rinci dari segi-segi kehidupannya antara lain dari segi ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Secara horizontal struktur sosial menyangkut keberadaan susunan masyarakat, antara lain dalam bentuk susunan dan pola aktivitas dari kelompok-kelompok sosial dalam bentuk suku-suku bangsa, kelompok-kelompok ras, kelompok agama dan kepercayaan, golongan, maupun kelompok-kelompok gender. Struktur secara horizontal ini mewujudkan perbedaan-perbedaan sistem tata nilai dan norma yang menentukan jenis-jenis pola interaksi di antara unsur-unsur sosial dalam masyarakat.
Fungsi Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan tatanan sosial yang
membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat, bisa vertikal atau
horisontal. struktur sosial juga mempunyai fungsi. ada beberapa jenis fungsi
struktur sosial, meliputi fungsi identitas, fungsi kontrol, dan fungsi
pembelajaran. berikut penjelasanya mengenai ketiga fungsi tersebut.
Fungsi Struktur Sosial :
1. Fungsi Identitas
Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya masing-masing. Strukrtur sosial berbagai sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memlii kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur soasialnya sendiri sebagai pembeda dari kelopok lainnya.
Contohnya, kebuaayaaan Minangkabau menganut system matrilinial (kekerabatan berdasarkan garis keturunan ibu). Ini berbeda dengan system kebudayaan lainnya yang mayoritas menganut patrilineal. Perbedaan semacam ini akn membangun struktur sosial yang berbeda pula dengan kebudayaan lainnya.
2. Fungsi Kontrol
Struktur bias berfungsi untuk mengontrol individu yang berada di ddalam struktur tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kcenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain. Melanggar aturan yang berlaku, berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang pahit. Struktur sosial sebagai kontrol. Contoh: kebudayaan Batak melarang perkawinan antara pria dan wanita yang semarga. Orang Batak yang memiliki marga yang sama berarti masih memiliki hubungan saudara.
3. Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur social yang ada dalam kelompoknya, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisiplinan.
Proses Pembentukan Struktur Sosial Dalam Masyarakat
Terbentuknya struktur sosial suatu masyarakat melalui
proses yang sangat panjang, yang di awali dari proses terbentuknya masyarakat
hingga perubahan-perubahan dalam bentuk penyempurnaan, sampai dengan suatu
titik di mana struktur itu dianggap sesuai oleh warga masyarakat. Sungguh
sangat sulit untuk dibayangkan, bagaimana proses itu berlangsung dari awal
hingga tahap akhir. Namun demikian secara ringkas proses itu dapat diuraikan
sebagai berikut.
Tahap Awal
Tahap awal dari proses terbentuknya struktur sosial masyarakat,
secara mendasar bersamaan dengan proses terbentuknya masyarakat tersebut. Pada
awalnya ketika manusia masih hidup berpindah-pindah dan bergerombol membentuk
kelompok-kelompok etnis, struktur sosial seolah-olah hanya berfungsi sebagai
sarana pembagian tugas untuk menyelenggarakan kehidupan bersama dalam kelompok
itu.
Proses awal ini terus-menerus mengalami perkembangan, sehingga masyarakat tersebut menjadi suku bangsa dalam jumlah besar dan bahkan menjadi bangsa yang besar. Dalam tahap awal, struktur sosial telah terbentuk sebagai sarana pengaturan tata hubungan antarindividu dalam masyarakat. Masyarakat terus-menerus mengalami perubahan yang disebabkan oleh pengaruh intern maupun pengaruh ekstern. Perubahan ini dapat menimbulkan inkulturasi (pembudayaan) untuk mengakomodasi keadaan yang muncul atau dapat menimbulkan destrukturasi akibat adanya pergolakan ataupun revolusi sosial.
Di sinilah struktur sosial akan bergerak dan berubah menuju perkembangan yang lebih baik. Struktur sosial ini berisi susunan kedudukan dan peran orang-orang dalam masyarakat baik dalam dimensi vertikal maupun dalam dimensi horizontal.
Tahap Perkembangan
Pada dasarnya struktur sosial suatu masyarakat akan terus
mengalami perkembangan, karena mendapatkan masukan atau pengaruh dari
struktur-struktur masyarakat yang lain. Masukan dan pengaruh tersebut
memungkinkan terjadinya adopsi dari struktur masyarakat yang satu terhadap
struktur masyarakat yang lain. Proses perubahan ini memungkinkan terjadinya
kesesuaian yang lebih baik dan yang sesuai dengan tingkat peradaban masyarakat.
Struktur social suatu masyarakat senantiasa mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Dengan demikian ada kecenderungan untuk berubah dalam rangka memperoleh efisiensi dan efektivitas sebagai sarana pengaturan sistem tata hubungan dalam masyarakat.
Contoh perubahan dari tahap awal ke tahap perkembangan adalah pada masyarakat yang berbudaya primitif, kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan bersama yang berproses secara alamiah untuk bertahan hidup. Di sinilah awal tumbuhnya struktur sosial yang berdasar hukum alam. Makin berkembangnya peradaban masyarakat yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat juga mengalami perkembangan ke arah struktur sosial yang lebih efektif.
Dalam proses perkembangan struktur sosial inilah terjadi pula proses perubahan dan penyempurnaan secara hierarki, baik dalam pembagian status dan peran maupun dalam struktur kekuasaan dan wewenang. Contoh, negara Indonesia telah mengalami perubahan struktur sosial dalam pengaturan kekuasaan dan wewenang, yaitu dari sistem feodalisme, sistem kolonialisme, dan system demokrasi yang berkembang hingga sekarang.
Perubahan-perubahan struktur sosial ini dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain sebagai berikut.
Struktur social suatu masyarakat senantiasa mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Dengan demikian ada kecenderungan untuk berubah dalam rangka memperoleh efisiensi dan efektivitas sebagai sarana pengaturan sistem tata hubungan dalam masyarakat.
Contoh perubahan dari tahap awal ke tahap perkembangan adalah pada masyarakat yang berbudaya primitif, kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan bersama yang berproses secara alamiah untuk bertahan hidup. Di sinilah awal tumbuhnya struktur sosial yang berdasar hukum alam. Makin berkembangnya peradaban masyarakat yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat juga mengalami perkembangan ke arah struktur sosial yang lebih efektif.
Dalam proses perkembangan struktur sosial inilah terjadi pula proses perubahan dan penyempurnaan secara hierarki, baik dalam pembagian status dan peran maupun dalam struktur kekuasaan dan wewenang. Contoh, negara Indonesia telah mengalami perubahan struktur sosial dalam pengaturan kekuasaan dan wewenang, yaitu dari sistem feodalisme, sistem kolonialisme, dan system demokrasi yang berkembang hingga sekarang.
Perubahan-perubahan struktur sosial ini dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain sebagai berikut.
- Faktor Internal
Kondisi-kondisi
dari dalam masyarakat baik kondisi fisik maupun kondisi-kondisi sosial budaya
dapat diartikan sebagai faktor-faktor internal yang dapat memengaruhi
perkembangan struktur sosial suatu masyarakat. Kondisi-kondisi itu antara lain:
1. adanya
dorongan untuk lebih memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan zaman yang
ada,
2. adanya
penemuan baru yang dirasa lebih cocok dan lebih efektif, dan
3. adanya
gerakan sosial yang dimotori oleh tokoh-tokoh masyarakat dan didukung oleh
masyarakat luas.
- Faktor Eksternal
Kondisi eksternal
adalah semua kondisi yang berasal dari luar masyarakat. Kondisi ini dapat
diperoleh melalui proses hubungan timbal balik antara masyarakat yang satu
dengan masyarakat lainnya yang berlangsung secara intensif. Kondisi ini sangat
memungkinkan terjadinya asimilasi dan akulturasi budaya. Adapun faktor-faktor
eksternal tersebut antara lain sebagai berikut:
1. adanya
keinginan untuk meniru kebudayaan masyarakat lain yang dirasa lebih cocok dan
2. adanya
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
lingkungan alam.
3.
Tahap Akhir
Sesungguhnya
proses perubahan struktur sosial suatu masyarakat boleh dikatakan tidak
mengalami awal dan akhir. Struktur sosial secara fungsional dikatakan memasuki
tahap akhir apabila struktur sosial tersebut implementasinya telah membentuk
keharmonisan tata hubungan antarkomponen masyarakat di dalamnya. Contoh bentuk
struktur tahap perkembangan dan tahap akhir adalah dalam struktur sosial
pemerintahan Indonesia di awal kemerdekaan mengalami perkembangan dari sistem
pemerintahan orde lama, pemerintahan orde baru, dan berkembang menjadi
pemerintahan era reformasi yang dianggap memiliki nilai-nilai struktur sosial
yang sesuai dengan undang-undang dan harapan masyarakat.
Tanda-tanda bahwa suatu struktur sosial telah memasuki tahap akhir, antara lain sebagai berikut.
Tanda-tanda bahwa suatu struktur sosial telah memasuki tahap akhir, antara lain sebagai berikut.
1. Struktur
sosial itu telah disepakati oleh kalangan masyarakat luas.
2. Struktur
sosial itu telah dipakai dalam suatu kurun waktu dan berdasarkan pengalaman
telah terbukti memiliki fungsi yang efektif dan memberikan kontribusi dalam
tata hubungan antarindividu dalam masyarakat.
3. Struktur
sosial tersebut telah menjadi satu dengan budaya masyarakat, bahkan telah
mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
4. Struktur
sosial tersebut dipandang telah sesuai, sehingga masyarakat berusaha untuk
mempertahankan struktur sosial tersebut.
5. Struktur
sosial akan terus dipertahankan karena telah menjadi ciri khas masyarakat
tersebut, sehingga memberikan warna yang berbeda dari masyarakat yang lain.
Apabila kita perhatikan struktur social pada masyarakat modern seperti sekarang ini, maka bangunan abstrak masyarakat kita sekarang ini sangat kompleks dilihat dari hierarki kekuasaan, hierarki ekonomi, maupun hierarki sosial budaya. Pada dasarnya proses terbentuknya struktur social suatu masyarakat tidak pernah berakhir, sebab aktivitas dan perubahan-perubahan di dalam masyarakat terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Pada hakikatnya struktur sosial dikatakan telah berakhir prosesnya pada saat anggota masyarakat telah memandang baik dan cocok terhadap struktur sosial yang dimilikinya, sehingga tidak lagi ada proses perubahan dalam struktur sosial tersebut.
Ciri-ciri struktur sosial:
a.
Bersifat
abstrak, artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Struktur sosial
disini merupakan hierarki kedudukan dari tingkatan yang tertinggi sampai yang
terendah, berfungsi sebagai saluran kekuasaan dan pengaturan pemenuhan
kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
b.
Terdapat
dimensi vertikal dan horizontal, struktur sosial pada dimensi vertikal adalah
hierarki status-status sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu
sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga
struktur status yang terendah. Sedangkan pada struktur sosial yang memiliki
dimensi harizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya
terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki karakter sama.
c.
Sebagai
landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat, artinya proses sosial yang
terjadi dalam suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur sosialnya.
d.
Merupakan
bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat,
artinya struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur
berbagai bentuk hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
e.
Struktur
sosial selalu berkembang dan dapat berubah, struktur sosial merupakan tahapan
perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu
dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses
perubahan dan perkembangan, serta dalam setiap perubahan dan perkembangan
tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan, dan integrasi
sosial yang berkesinambungan, sebelum terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh
masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk
melukiskan keteraturan sosial atau keteraturan elemen-elemen dalam kehidupan
masyarakat.
A.
Masyarakat
sederhana, ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat sederhana
adalah sebagai berikut:
1.
Ikatan
keluarga dan masyarakatnya sangat kuat.
2.
Organisasi
sosial berdasarkan tradisi turun-temurun.
3.
Memiliki
kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib.
4.
Tidak
memiliki lembaga-lembaga khusus, seperti lembaga pendidikan.
5.
Hukum yang
berlaku tidak tertulis.
6.
Sebagain
besar produksi hanya untuk keperluan keluarga sendiri atau untuk pasaran dalam
skala kecil.
7.
Kegiatan
ekonomi dan sosial dilakukan secara gotong royong.
B.
Masyarakata
madya, ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat madya adalah
sebagai berikut:
1.
katan
keluarga masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat setempat sudah
mengendor.
2.
Adat
istiadat masih dihormati, tetapi mulai terbuka dengan pengaruh luar.
3.
Timbulnya
rasionalitas dalam cara berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan pada
kekuasaan kekuatan gaib baru timbul apabila orang mulai kehabisan akal untuk menanggulangi
suatu masalah.
4.
Timbulnya
lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutan.
5.
Hukum
tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
6.
Memberi
kesempatan pada produksi pasar sehingga muncul diferensiasi dalam struktur
masyarakat.
7.
Gotong
royong hanya untuk keperluan di kalangan tetangga dan kerabat, sedangkan
kegiatam ekonomi dilakukan atas dasar uang.
C.
Masyarakat
modern, ciri-ciri struktur sosial dan budaya masyarakat modern adalah sbegaia
berikut ini:
1.
Hubungan
sosial didasarkan atas kepentingan pribadi.
2.
Hubungan
dengan masyarakat lainnya sudah terbuka dan saling mempengaruhi.
3.
Kepercayaan
terhadap ilmu kengatahuan dan teknologi sangat kuat.
4.
Terdapat
stratifikasi sosial atas dasar keahlian.
5.
Tingkat pendidikan
formal tinggi.
6.
Hukum yang berlaku
sudah hukum tertulis.
7.
Ekonomi
hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang
dan alat pembayaran lain.
ELEMEN DASAR
STRUKTUR SOSIAL
Struktur
sosial memiliki empat elemen dasar sebagai berikut :
a)
Status
Sosial
Status
sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam kelompok
masyarakat. Status yang diperoleh seseorang terbagi menjadi tiga, yaitu :
Ascribed status
Status yang
“diberikan” kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat atau
karakteristik unik orang tersebut. Didapat secara otomatis melalui kelahiran
(keturunan). Latar belakang ras, gender, dan usia dapat dikategorikan sebagai
ascribed status.
Achieved status
Status yang
didapat seseorang melalui usaha-usahanya sendiri. Seseorang harus melakukan
sesuatu untuk mendapatkan statusnya, seperti bersekolah, mempelajari
keterampilan-keterampilan, berteman, atau menciptakan sesuatu yang baru.
Assigned status
Status yang
diberikan kepada seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk
organisasinya, masyarakat atau kepada negara. Misalnya, seorang pegawai honorer
diangkat menjadi pegawai negeri. Seseorang diangkat sebagai penasihat karena
kemampuan dan keahliannya. Seseorang dinaikkan pengkat atau jabatan karena
prestasi dan masa kerja.
Pertentangan antara individu
dengan statusnya dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengambil suatu keputusan.
Misalnya, seorang anggota polisi harus menangkap anaknya sendiri karena diduga
terlibat dalam jaringan narkoba. Jika dia menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai polisi, maka ia harus menangkap anaknya, tetapi jika ia berusaha
melepaskan dan memengaruhi petugas lainnya, maka dia tidak menjalankan perannya
sebagai polisi. Konflik status memang sering sulit dihindari karena kepentingan
individu tidak selamanya sama dengan kepentingan masyarakat maupun
organisasinya.
b)
Peran Sosial
Peran sosial
merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi
atau status sosial tertentu. Peran merupakan komponen penting dalam struktur
sosial karena peran memberikan sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan cara
memampukan tindakan-tindakan mereka sendiri.
c)
Kelompok
Kelompok
merupakan sejumlah orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan
harapan-harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi.
Kelompok memainkan peran yang sangat penting dan vital dalam struktur sosial
masyarakat karena sebagian besar interaksi sosial kita berlangsung dalam
kelompok dan dipengaruhi oleh norma-norma dan sanksi yang ada dalam kelompok.
d)
Lembaga
Merupakan
pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan pada kebutuhan
sosial yang mendasar. Lembaga atau institusi dibentuk untuk memenuhi suatu
kebutuhan tertentu. Lembaga sosial seperti keluarga, agama, pendidikan, dan
pemerintah merupakan aspek fundamental dari struktur sosial.
BENTUK-BENTUK STRUKTUR SOSIAL
Bentuk-bentuk
struktur sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari beberapa sudut, di
antaranya sebagai berikut :
a)
Dilihat dari
Sifatnya
Struktur
Sosial Kaku
Struktur
sosial ini tidak dapat diubah atau sekurang-kurangnya masyarakat menghadapi
kesulitan besar untuk melakukan perpindahan status atau kedudukannya.
Struktur
Sosial Luwes
Bentuk
struktur sosial ini merupakan kebalikan dari struktur sosial kaku. Pada
struktur sosial luwes setiap anggota masyarakatnya bebas bergerak melakukan
perubahan.
Struktur
Sosial Formal
Merupakan
suatu bentuk struktur sosial yang diakui oleh pihak yang berwenang. Contohnya,
lembaga pemerintahan tingkat kabupaten yang terdiri dari seorang bupati, wakil
bupati, sekwilda, dan lain-lain.
Struktur
Sosial Informal
Yaitu
struktur sosial yang nyata ada dan berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan
hukum dan tidak diakui oleh pihak yang berwenang.
b)
Dilihat dari
Identitas Keanggotaan Masyarakatnya
Struktur
Sosial Homogen
Struktur
sosial yang homogen memiliki latar belakang kesamaan identitas dari setiap
anggota masyarakatnya, seperti kesamaan ras, suku bangsa, ataupun agama. Dalam
masyarakat yang memiliki struktur sosial yang homogen cenderung tidak
menginginkan perubahan-perubahan.
Struktur
Sosial yang Heterogen
Struktur
sosial ini ditandai oleh keragaman identitas anggota masyarakatnya. Memiliki
latar belakang yang berbeda dari anggota masyarakatnya.
c)
Dilihat dari
Ketidaksamaan Sosial
Bentuk
struktur sosial berdasarkan ketidaksamaan sosial adalah pengelompokan manusia
secara horizontal (diferensiasi sosial) dan vertikal (stratifikasi
sosial). Pengelompokan ini bisa berdasarkan ciri fisik yang meliputi jenis
kelamin, bentuk dan tinggi tubuh, warna kulit, rambut, dan sebagainya. Juga
berdasarkan ciri non fisik atau ciri sosial budaya, meliputi kecerdasan,
keterampilan, motivasi, minat dan bakat.
Struktur
sosial dilihat secara horizontal (diferensiasi sosial) adalah perbedaan
individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan adanya suatu
tingkatan. Artinya, tidak ada golongan dari pembagian kelompok yang memiliki
tingkatan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah (sama). Masyarakat mengenal
beberapa bentuk diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan ras, suku bangsa,
agama, dan gender.
Mengenai
klasifikasi ras terdapat banyak sistem penggolongan yang berasal dari berbagai
ahli. Berikut dikemukakan salah satu klasifikasi ras dari A.L.
Kroeber, yang menggambarkan secara jelas garis besar penggolongan ras-ras
terpenting di dunia serta hubungan antara satu dengan lainnya.
(a)
Austroloid [penduduk asli Australia];
(b)
Mongoloid [Asiatic Mongoloid = Asia Utara, Asia Tengah, dan
Asia Timur]; [Malayan Mongoloid = Asia Tenggara]; [American Mongoloid =
penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di
Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan];
( c ) Kaukasoid [Nordic =
Eropa Utara sekitar Laut Baltik]; [Alpine = Eropa Tengah dan Timur];
[Mediteranean = penduduk sekitar Laut Tengah, Amerika Utara, Armenia, Arab, dan
Iran]; [Indic = Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka];
(d) Negroid [African
Negroid = Benua Afrika]; [Negrito = Afrika Tengah, Semenanjung Melayu,
Filipina]; [Melanesian = Irian, Melanesia]
(e) Ras-Ras
Khusus [Bushman = di daerah Gurun Kalahari; Afrika
Selatan]; [Veddoid = di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan]; [Polynesian
= di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia]; [Ainu = pulau Karafuto dan
Hokkaido Jepang Utara].
Diferensiasi
sosial berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan
bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan
masing-masing. Apa yang dimaksud etnis atau suku bangsa? Berikut pendapat
beberapa tokoh mengenai etnis atau suku bangsa. Menurut Koentjaraningrat
(1979), suku bangsa atau etnik didefinisikan sebagai group suatu
golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak
selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Menurut William Kornblum, kelompok
etnis adalah suatu populasi yang memiliki identitas kelompok berdasarkan
kebudayaan tertentu dan biasa memiliki leluhur yang secara pasti atau dianggap
pasti sama. Sedangkan menurut Francis, kelompok etnis adalah
suatu komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat istiadat, kebiasaan,
wilayah, bahkan sejarah. Etnis ditandai dengan persamaan warisan kebudayaan dan
ikatan batin (wefeeling) di antara anggota-anggotanya.
Diferensiasi
sosial berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan
sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama
tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat. Banyak
teori yang telah dikemukakan oleh ilmuwan sepanjang sejarah umat manusia,
tentang keberadaan agama atau religi dalam berbagai kelompok masyarakat.
Menurut A. Lang dalam teori Firman Tuhan, kepercayaan terhadap
dewa tertinggi merupakan bentuk religi manusia yang tertua. Anggapan A. Lang
ini kemudian diperkuat oleh W. Schmidt yang mengatakan bahwa agama
berasal dari titah Tuhan yang diturunkan kepada makhluk manusia pada masa
permulaan ia muncul di muka bumi ini. Sedangkan menurut Emile Durkheim, agama
adalah suatu sistem kepercayaan beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal
yang sacral yang menyatukan pengikutnya dalam suatu komunitas moral.
Dari uraian
di atas, pada dasarnya suatu agama timbul karena adanya ketidakmampuan manusia
mengungkap seluruh rahasia alam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Terutama tentang rahasia alam ghaib; termasuk untuk menjawab
pertanyaan “ada apa setelah kematian?”.
Jenis
kelamin merupakan ciri fisik yang dibawa sejak lahir dan tidak ditentukan
sendiri oleh individu berdasarkan keinginannya. Sedangkan gender
adalah perbedaan secara budaya antara laki-laki dan perempuan yang dipelajari
dari proses sosialisasi.
Struktur
sosial dilihat secara vertikal (stratifikasi sosial) adalah pembedaan
masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara vertikal, yang diwujudkan dengan
adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
Dasar dan inti sistem stratifikasi masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan
pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu-individu atau
kelompok dalam suatu sistem sosial.
Stratifikasi
sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat
terdapat sesuatu yang dihargai. Adapun dasar atau ukuran yang biasa dipakai
untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu pelapisan sosial adalah
ukuran kekayaan (capital), kekuasaan (power), kehormatan, dan
ilmu pengetahuan (pendidikan).
Dilihat dari
sifatnya, stratifikasi sosial dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat
tertutup dan bersifat terbuka. Pada stratifikasi sosial yang bersifat tertutup
(closed sosial stratification) terdapat pembatasan terhadap kemungkinan
pindahnya kedudukan seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Di dalam
sistem ini satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota pada lapisan kelas
tertentu hanyalah melalui kelahiran. Sedangkan pada stratifikasi sosial yang
bersifat terbuka (opened sosial stratification), setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk mencapai kelas sosial yang lebih tinggi.
Pada umumnya jenis pelapisan sosial yang terbuka lebih banyak memberikan
rangsangan untuk maju dan berkembang kepada setiap anggota masyarakatnya.
Stratifikasi
sosial erat kaitannya dengan pembagian kelas dan golongan. Paul B. Horton dan
Chester L. Hunt mendefiisikan kelas sosial sebagai suatu lapisan orang-orang
yang berkedudukan sama dalam suatu status sosial. Pembagian kelas tersebut
umumnya terbagi berdasarkan kriteria ekonomi, sosial, ataupun politik.
Komentar
Posting Komentar